Sekitar
tahun 1417 M, Syayyid Robbinur yang berasal dari Hadra maut – Yaman
berangkat bersama saudara – saudaranya yang sesama Habaib, seperti:
Syayyid Shonhaji ( Mbah Bolong - Ampel ) , Syayyid Ahmad Faqih ( Mbah
Kaliagung – Tirem – Gresik ), Syayyid Silbani ( Wales – Blado ), Syayyid
Laduni ( Kebagusan – Jeporo ), dll. Keberangkatan mereka ketanah Jawa
atas petunjuk Syayyid Abdulmajid yang mendapat petunjuk dari Allah, agar
mereka berguru kepada Syayyid Ali Rohmatullah / Sunan Ampel di
Padepokan / Pesantren Ampel Dento Surabaya. Sesampainya di Ampel,
rombongan yang dipimpin oleh Syayyid Robbibinur diterima oleh Sunan
Ampel dengan senang hati, bahkan semua fasilitas sudah disiapkan. Mereka
sangat terkejut ketika Sunan Ampel memberitahukan kepada rombongan
bahwa dia sering kontak dengan Syayyid Abdulmajid.
2. BELAJAR DAN MENIKAH
Syayyid
Robbibinur beserta saudaranya belajar dengan rajin, tekun dan penuh
kesabaran. Sesama santri dia tidak mau dibedakan atau membeda bedakan,
tidak melihat keturunan, golongan, bangsa dsb, yang penting seiman dan
merasa sama – sama mahluk Allah. Karena kemampuanya yang sangat tinggi
dan semangat belajar yang besar serta dilandasi sikap sopan santun
itulah yang membuat Syayyid Robbibinur sangat menonjol diantara sesama
santri. Selain menguasai ilmu agama lahir batin juga menguasai ilmu
kanuragan / silat, tata negara dan tataperang, perdagangan juga
pertanian. Karena itulah Syeh Nurhadi / Sunan Bungkul – Surabaya ingin
menjadikanya menantu. Dengan seijin Sunan Ampel akhirnya menjadi menantu
Sunan Bungkul dan dikaruniai putra yang bernama Syayyid Sholeh / Mbah
Sholeh. Mbah Sholeh oleh ayahnya disuruh mengabdi kepada Sunan Ampel
sampai wafat. Mbah Sholeh pernah hidup mati sampai sembilan kali dan
dimakamkan didepan masjid Ampel – Surabaya. Selain itu Syayyid Robbinur
yang membikin sayembara buah delima wulung, yang mana siapa yang mampu
mengambil buah delima dari pohonya akan dijodohkan dengan adik ipar
perempuanya. Banyak Pangeran, Bangsawan, Kiai dan santri, juga pendekar
yang mengikuti sayembara itu. Akhirnya yang bisa memenangkan sayembara
itu adalah Sunan Giri Gresik.
3. PERJALANAN DA’WAH
Syayyid
Robbibinur mendapat tugas dari Sunan Ampel untuk berda’wah keliling
Jawa Timur. Dengan penuh semangat, tekun dan sopan santun membuat
da’wahnya berhasil dimana – mana, sehingga hal ini didengar oleh para
wali dan ulama’, bahkan Sultan Demak / Raden Fattah juga mendengarnya.
Ketika itu Kasultanan Demak sedang terusik oleh kegiatan penyebaran
faham Syeh Siti Jenar dan Kiageng Kebo Kenongo yang dirasa menyimpang
dari Syariat Islam. Setelah para wali mendapat isaroh dari Allah,
kemudian mengadakan musyawarah yang dipimpin oleh Sunan Giri. Hasil
musyawarah, yang bisa mengatasi kegiatan Syeh Siti Jenar adalah Syayyid
Robbibinur. Kemudian Syayyid Robbibinur dipanggil dan datang ke
Kasultanan Demak untu mendapat tugas membendung ajaran Syeh Siti Jenar.
Syayyid Robbibinur berangkat kedaerah Rawa Pening / Banyu Biru dan
membikin Padepokan / Pesantren sebagai sarana untuk memperlancar tugas
dan sarana da’wah. Syeh Siti Jenar mendirikan Padepokan di sebelah timur
Banyu Biru dan Syayyid Robbibinur mendirikan Padepokan disebelah barat
Banyu Biru tepatnya di Maskumambang ( sampai sekarang petilasanya masih
ada ). Dengan kemampuan lahir batin yang mumpuni dari Syayyid
Robbibinur, membuat Syeh Siti Jenar kesulitan megembangkan ajaranya
bahkan muridnya semakin berkurang. Karena bertempat di Banyu Biru itulah
maka Syayyid Robbibinur dijuluki Wali Biru / Kyai Biru / Wali Biron.
Ketika itu juga Mbah Wali Biru mempunyai dua orang murid istimewa yaitu
Sunan Bonang dan Patih Wonosalam ( Patih Kasultanan Demak ).
4. MENJADI PENASEHAT SULTAN DEMAK
Setelah
Syeh siti Jenar diadili para wali, Mbah Wali Biru diminta oleh Sultan
Fatah dan persetujuan Wali Sembilan untuk menjadi penasehat Kasultanan
Demak. Adapun pengadilan para Wali Sembilan kepada Syeh Siti Jenar yaitu
supaya Syeh Siti Jenar membunuh atau menghilangkan ajaranya / aliranya
dan kembali kepada ajaran Islam yang sempurna. Jadi yang selama ini
pengertian bahwa Syeh Siti Jenar dibunuh / dipenggal lehernya adalah
tidak benar. Yang benar, setelah Syeh Siti Jenar mengakui kesalahanya,
namanya dikembalikan namanya oleh para wali menjadi Syeh Abdul Jalil dan
diberi tugas untuk mendampingi Ibu Ratu Kalinyamat di Kadipaten Jepara.
Adapun Mbah Wali Biru juga mendapat tugas mengawasi kegiatan Syeh Abdul
Jalil. Mbah Wali Biru disamping sebagai penasehat juga sebagai pelatih
laskar / prajurit Kasultanan Demak. Mbah Wali Biru menjadi penasehat
Kasultanan Demak selama 4 tahun.
5. TUGAS KE KADIPATEN KALIWUNGU
Adipati
Kaliwungu datang menghadap kepada Sultan Demak untuk meminta bantuan
ulama’ dari Kasultanan Demak sebab perkembangan Agama Islam di Kaliwungu
kurang maju. Apalagi di Kadipaten Kaliwungu belum ada tokoh ulama’ yang
mempunyai kemampuan tinggi. Dari hasil musyawarah antara Wali Sembilan
dan Sultan Demak akhirnya Mbah Wali Biru ditunjuk untuk da’wah di
Kadipaten Kaliwungu. Setelah pindah di Kaliwungu Mbah Wali Biru
mendirikan Padepokan / Pesantren di daerah Geseng – Kendal. Karena
kemampuan yang tinggi dari Mbah Wali Biru akhirnya Kaliwungu menjadi
pusat terbesar pendidikan Agama Islam se Negara Kasultanan Demak
Bintoro. Santrinya tidak hanya dari wilayah Kasultanan Demak bahkan ada
yang dari luar negeri. Mbah Wali Biru tugas di Kaliwungu selama 9 tahun
dan sudah menghasilkan ulama’ – ulama’ besar yang menyebar diwilayah
Kasultanan Demak.
6. DA’WAH DI KEPATIHAN SELOTLANGU / SELOKATON
Pada
jaman Demak nama Selokaton adalah Selotlangu yang merupakan wilayah
Kepatihan / Kawedanan. Setelah jaman Kasultanan Surakarta nama
Selotlangu dirubah menjadi Selokaton. Mbah Wali Biru sudah merasa sangat
tua dan berkeinginan untuk hidup didaerah yang sepi / ber uzlah.
Kebetulan waktu itu Patih Selotlangu mohon bantuan Ulama’ kepada Adipati
Kaliwungu yang berda’wah diwilayahnya. Sebab masyarat Selotlangu kurang
mengenal Agama Islam, bahkan sebagian besar rakyatnya masih
berkepercayaan Animisme dan Dinamisme. Akhirnya Mbah Wali Biru bersama
beberapa santrinya yang dibawa dari Banyu Biru dan Kaliwungu berangkat
ke Selotlangu setelah mendapat ijin dari Adipati Kaliwungu. Patih
selotlangu memberi daerah perdikan untu didirikan Padepokan / Pesantren
kepada Mbah Wali Biru yang berupa hutan. Para santri babat alas yang
dipimpin oleh Mbah Wali Biru, yang kemudian diberi nama Padukuan Biron.
Setelah Padepokan / Pesantren berdiri Mbah Wali Biru mulai menyusun
strategi berdda’wahnya, sebab masyarakat Selotlangu mempunyai sifat yang
berbeda. Menggunakan da’wah Islam secara langsung tidak memungkinkan,
melalui pertanian dan perdagangan tidak menarik, akhirnya Mbah Wali Biru
berda’wah dengan cara mengajarkan ilmu kanoragan dan kesaktian.
Ternyata dengan cara itu menarik minat masyarakat Selotlangu. Awalnya
Mbah Wali Biru memperagakan ilmu silat yang ditonton oleh rakyat
Selotlangu di Padepokan, akhirnya mereka berminat dan banyak yang
mendaftarkan diri untuk belajar silat. Bila ikut silat saratnya hanya
dengan berwudlu, dan bila mereka sudah menguasai ilmu dasar silat maka
dikukuhkan dengan membaca Syahadat.
Kalau
ingi bertambah sakti ( kata Mbah Wali Biru ), para murid disuruh
membaca japa mantra dan bergerak menirukan gerakan beliau. Sebenarnya
yang dikerjakan oleh Mbah Wali Biru adalah memberikan contoh tatacara
mengerjakan Sholat. Setelah mereka bisa baru dijelaskan bahwa yang
mereka kerjakan itu adalah Sholat yang wajib dikerjakan bagi setiap
orang Islam. Begitulah cara Mbah Wali Biru berda’wah mulai dari Silat
menjadi Sholat. Dalam waktu singkat Padepokan / Pesantren berkembang
dengan pesat dan santrinya dari mana – mana.
7. WAFAT DI SELOKATON
Atas
seijin Sultan Demak, Para Wali dan Adipati Kaliwungu, Mbah Wali Biru
menetap di Selokaton sampai wafat. Adapun istri dan anaknya jauh
sebelumnya sudah wafat dan dimakamkan di Surabaya. Mbah Wali Biru wafat
dalam usia 155 tahun dan dimakamkan di sekitar Padepokan / Pesantren
Biron – Selokaton yang beliau dirikan. Karena usia yang panjang itu Mbah
Wali Biru disebut juga dengan Wali Budha, maksudnya bukan agamanya yang
budha tetapi usianya yang panjang / lama / budha.
8. PESAN AGAMA MBAH WALI BIRU
Pesan Agama yang sangat terkenal dari Mbah Wali Biru antara lain :
a. Qodrat Manusia adalah:
1) Bodoh : maka jangan merasa paling Pinter
2) Hina : maka jangan merasa paling Mulia
3) Apes : maka jangan merasa paling Ampuh
4) Salah : maka jangan merasa paling benar
Maka dari itu marilah kita berusaha jadi manusia yang Jujur, Sabar, Tawakal, Ikhlas dan Nerima.
b. Sempurnanya manusia hidup itu apabila:
1) Berbakti kepada Allah SWT
2) Berbakti kepada kedua Orang Tuanya
3) Berbakti kepada Rosulullah dan Gurunya
9. RIWAYAT WALI BIRU DARI AL MUKHAROM KH. SIROJ
Di
tahun 1954 Al Mukharom KH. Siroj – Payaman – Magelang setelah acara
pengajian beliau mengatakan ketika sedang ngaji beliau berhenti sebentar
sebab kedatangan Mbah Wali Biru bil ghoib. Kemudian Mbah Siroj
menceritakan secara singkat tentang riwayat Mbah Wali Biru kepada Santri
dan Jamaah yang hadir. Adapun pesan dari Mbah Wali Biru kepada Mbah
Siroj adalah:
“ Apabila suatu saat nanti Tanah Biru keluar asapnya, Banyu Biru keluar candinya, maka saat itulah makamku ( Wali Biru ) dirawat oleh anak cucu”. Kemudian Mbah Siroj menyampaikan pesan khusus dan sekaligus tugas kepada santrinya yaitu Abi Mansur ( KH. RNg. Abi Mansyur / Ki. Bodo ) supaya mewujutkan pesan dari Mbah Wali Biru
Pada tahun 1987 apa yang di pesankan oleh Mbah Wali Biru itu terjadi dan nyata,yaitu Tanah Biru ( Dieng – Wonosobo ) berhari hari keluar asapnya, Banyu Biru ( Rawa Pening – Ambarawa ) keluar pulaunya / candinya, dan di tahun itu juga ditemukan makam Wali Biru di Biron – Selokaton – Sukorejo – Kendal. Sejak itulah makam dibangun / dirawat bersama – sama oleh Jamaah Alkaromah dan warga masyarakat Selokaton sampai sekarang.
10. PERIHAL MAKAM WALI BIRU
1. Khaul Wali Biru dilaksanakan setiap Hari Senin ke 3 dalam Bulan Syawal
2. Wirid kunci Mbah Wali Biru adalah: YA HAYYU QOYYUMU 300X.
3. Wali Biru merupakan cucu ke 26 dari Rosulullah Muhammad SAW.
Demikianlah riwayat singkat Syayyid Robibbinur / Wali Biru mulai dari Hadramaut – Yaman sampai wafat di Biron – Selokaton – Sukorejo. Semoga sejarah ini menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang Waliyullah yang ada ditanah air kita Indonesia. Dan semoga pula barokah karomah Mbah Walibiru melimpah kepada kita semua yang percaya, sehingga meningkatkan Iman Islam kita untuk menuju keselamatan lahir batin dan dunia akhirat. Amiin..
DIRIWAYATKAN OLEH :
1. Almukarom KH. Siroj – Payaman – Magelang.
2. Almukarom KH. RNg. Abi Mansyur / Ki. Bodo – Gelangan – Purwosari – Wonoboyo – Temanggung.
DITULIS DAN DICERITAKAN OLEH:
KH. R. Drs. Gigik Kusiaji / Ki Santri – Sentul - Sukorejo – Kendal.
Sumber: padepokanlembahmanah.blogspot.com
Leave a respond
Posting Komentar