Bebegig Sukamantri Dari Ciamis; Penjaga Lingkungan Alam sekitar

Bebegig Sukamantri dari Kabupaten Ciamis sangat berbeda dengan bebegig atau orang-orangan sawah yang ada di daerah lain. Berbeda dengan bebegig lainnya, bebegig Sukamantri Ciamis adalah manusia yang mengenakan topeng, seperti topeng barong dari Bali. Yang membedakannya, topeng ini mengenakan rambut gimbal dari susunan bunga rotan atau bunga caruluk atau disebut bubuai. Hal ini sengaja sebagai isyarat mencintai alam. Sedangkan bebegig yang pada umumnya dibuat mirip boneka menggunakan pohon padi atau sejenis, terus dibalut pakaian layaknya manusia yang turun ke sawah.
Bebegig dari Ciamis merupakan titinggal masyarakat Desa Cempaka, Kec. Sukamantri, Kab. Ciamis. Masyarakat Desa Cempaka meyakini bebegig merupakan perlambang kemenangan. Sebab, pembuatan bebegig diilhami wajah Prabu Sampulur yang memusnahkan kejahatan dan meminta imbalan untuk menguasai Pulau Jawa. Kemenangannya dikenang dengan membuat kedok seperti wajahnya. Oleh masyarakat Kabupaten Ciamis, khususnya masyarakat Desa Campaka, bebegig direpresentasikan sebagai penjaga lingkungan alam sekitar.
Bebegig Soekamantri mulai dipopulerkan pada tahun 1950an oleh masyarakat setempat. Setiap tanggal 17 Agustus Bebegig Soekamnatri memberikan suasana kemeriahan nan sakral di Kecamatan Soekamantri Kabupaten Ciamis.
Kepopuleran Bebegig Soekamantri tak terlepas dari adanya seniman dan budayawan Ciamis Kang Godi Suwarna dan
Rachmayati Nilakusumah, S.Sen. yang sangat memperhatikan keberadaan seni-seni tradisional yang ada di Ciamis. Kang Godi Suwarna dan Rachmayati Nilakusumah, S.Sen.pun mendirikan komunitas seni dengan nama Studio Titik Dua yang mencoba untuk menggali dan mengembangkan kesenian-kesenian tradisi khususnya yang berada di Kabupaten Ciamis.

Leave a respond

Posting Komentar