Sesama Muslim

Minggu, 18 Oktober 2009

Ada beberapa sebutan untuk mengemukakan ikatan sesama orang Islam:

Pertama, mereka adalah bersaudara:

Firman Allah dalam surat Al Hujurat: 10:

Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Dalam Islam ikatan antara satu orang dengan lainnya tidaklah semata dibangun atas dasar pertalian darah, melainkan oleh kesamaan akidah. Dari nasab yang berbeda mereka diperlakukan sebagai saudara, tetapi sebaliknya ikatan nasab menjadi tak memiliki kekuatan lantaran perbedaan keyakinan. Contoh untuk yang pertama adalah firman Allah surat Al Ahzab; 40:

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seseorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dab penutup nabi-nabi dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Dinafikannya penisbatan “ayah” bagi laki-laki manapun karena –sebagai Rasulullah- beliau adalah milik serta bapak bagi semua ummatnya yang mempunyai kasih sayang lebih tinggi ketimbang seorang ayah terhadap anak kandungnya. Dari sisi lain, melalui ayat ini Allah menghendaki agar jangan ada manusia yang menisbatkan dirinya sebagai “turunan” Rasulullah SAW yang menyebabkan ada perasaan lebih dari selainnya. Tidak diberikannya anak laki-laki kepada beliau yang hidup dan berketurunan, memperkuat makna ini. Bahwa hingga sekarang ini orang-orang yang membanggakan diri dengan menyatakan sebagai keturunan Rasulullah SAW, penagakuan itu jelas tidak dapat dibenarkan, sebab di dalam ketentuan Syari’at, jalur keturunan itu disandarkan kepada ayah, bukan ibu, Al Qur’an menyatakan:

Artinya: “Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Ahzab: 5)

Dalam kebiasaan manusia, sebagai saudara biasanya mereka saling membanggakan bila ada yang memiliki kebesaran dan berupaya saling menutupi ketika ada diantara mereka yang berkekurangan. bagaimanakah sikap mereka saat saudaranya disakiti orang?. Ia akan tersinggung dan memasang badan untuk melakukan pembelaan.

Adapun contoh bagian kedua adalah keluarga Nabi Nuh AS. Dilihat dari nasabnya, anak Nuh jelas merupakan keluarganya. Tetapi ketika sang anak tidak mau mengikuti akidah Nuh, Allah menyatakan bahwa ia bukan lagi keluarganya.

Artinya: “Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (Hud: 46)

Kedua, mereka adalah bagaikan satu tubuh. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Kamu lihat orang-orang beriman dalam saling mencintai, mengasihi dan menyayangi adalah bagaikan satu tubuh di mana ketika satu bagian meraskan sakit, maka seluruh bagian lainnya akan turut merasakannya dengan tak dapat tidur atau panas.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Perumpamaan ini disampaikan Rasulullah SAW guna mengingatkan pentingnya memelihara perasaan setiap muslim. Suka dan Duka mereka akan sangat dipengaruhi perasaan lainnya. Itulah makna lain dari sabda Nabi SAW: “Seseorang belum patut dikatakan beriman sebelum ia suka bila saudaranya mendapatkan kebaikan sebagaimana bila kebaikan itu diberikan kepadanya.” (HR Al Bukharidan Muslim).

Ketiga, mereka bagaikan satu bangunan. Rasulullah SAW besabda:

Artinya; “Sesungguhnya seorang Mu’min dengan Mu’min lainnya adalah bagaikan satu bangunan yang satu dengan lainnya saling menguatkan.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Sebuah bangunan terbentuk dari unsur yang beragam dan bahan yang berbeda. Terciptanya bentuk baru yang indah dan memberi manfaat bagi setiap yang memasukinya adalah setelah semua materi disatukan dilekatkan. Bangunan lama terbentuk karena ada paku dan tali yang merangkaiknnya, bangunan modern yang berbahankan batu dan pasir serta semen dipersatukan oleh air. kedua jenis pengikat dan perekat itu memang tak nampak saat bangunan telah berdiri. demikianlah kaum muslimin, mereka mungkin berbeda fiqhnya, daerahnya atau profesinya. Tetapi hendaknya mereka bersedia menjadikan akidah menjadi perekatnya sehingga Islam menjadi sebuah bangunan kokoh yang dapat dijadikan naungan bagi umat manusia bahkan alam raya pada umumnya; istilah lain bagi Rahmatan Lil ‘Alamin. Apa yang dapat disumbangkan bagi dunia bila sesama muslim saja tak memiliki hubungan bathin yang kuat .

Apa pula yang dapat dihasilkan sejuta lidi bila mereka bercerai berai?.


Hasbunallah Wa Ni'mal Wakil,

Sumber KH Syarief Rahmat, RA, SQ, MA
Pengasuh Pondok Pesantren Ummul Qura Pondok cabe Ilir Pamulang Tangerang Selatan Banten

Leave a respond

Posting Komentar