Palestina - Masjid Al Aqsha, Kiblat Pertama umat Islam, tempat suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kini terluka dan sedang merintih. Ahad pagi (25/10), lantai-lantainya terkotori oleh laras sepatu polisi Yahudi Israel. Lorong-lorongnya berantakan karena serangan senjata gas air mata dan tembakan peluru karet.
Menurut para saksi mata dan tokoh Islam di Masjid Al Aqsha, serangan yang dilakukan puluhan polisi Israel itu termasuk dalam rencana tel Aviv untuk membagi dua Masjid Al Aqsha untuk Yahudi dan umat Islam. Juga usaha untuk memantapkan penguasaan Israel atas Al Aqsha hingga pengakuan eksistensi Yahudi menggelar acara ritual keagamaan mereka di Masjid.
Islamonline menurunkan laporan kronologis pandangan mata tentang kejadian memprihatinkan ini,
Persaksian menurut Hatem Abdul Qadir, mentan Menteri Urusan Al Quds (Jerussalem):
• Usai sholat subuh, para jamaah shalat subuh seperti biasa melakukan penjagaan di sekeliling masjid Al Aqsha mengantisipasi kemungkinan orang-orang Yahudi ekstrim memasuki wilayah masjid. Hingga semburat sinar matahari memantulkan cahaya yang indah di Qubbatu Ash Shakhra yang kuning seperti emas. Menandakan hari baru mulai bergulir. Tanpa disangka, Masjid Al Aqsha yang berkubah hijau sedang menghadapi konspirasi musuh-musuhnya..
• Menjelang pukul delapan pagi. Para jamaah yang menjaga masjid mulai melakukan penutupan pintu sekitar Masjid satu demi satu lalu mereka berkumpul di dalam ruangan masjid yang tertutup. Tujuannya adalah agar tidak ada musuh-musuh dari luar masjid tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam masjid.
• Tiba-tiba saja, teriakan takbir dan tahlil menggema di sekitar masjid. Menyusul sejumlah rentetan senjata peluru karet terdengar disusul tembakan gas air mata ke arah masjid. Para pemuda yang menjaga masjid serta merta keluar dari ruangan masjid, sebagian ada yang bertelanjang dada, menghadapi kemungkinan apapun di depan masjid. Di sanalah mereka ternyata telah dinanti oleh puluhan polisi Yahudi Israel yang siap menyerang dan menguasai masjid. Bentrokan tak terhindarkan. Senapan peluru karet, gas air mata polisi Israel, berhadapan dengan batu-batu dari para penjaga masjid Al Aqsha.
• Meski sejumlah orang terluka akibat tembakan peluru karet dan gas air mata. Puluhan orang lainnya ditangkap oleh polisi Israel. Tapi polisi Israel tetap melanjutkan usaha untuk menyerang umat Islam yang menjaga masjid. Mereka terus merangsek dan akhirnya kaum Muslimin terdesak hingga ke dalam ruangan masjid Al Aqsha. Mereka lalu menutup pintu utama masjid yang terbuat dari besi. Kaum Muslimin lalu berdo’a dan menyerukan kewaspadaan serta permintaan tolong melalui pengeras suara yang berkumandang lewat menara masjid.
• Tahlil dan takbir kembali bergema menggetarkan Masjid Al Aqsha pagi itu. Polisi Israel masih terus melakukan serangan dengan membawa beberapa tangga yang sudah disiapkan untuk menaiki sejumlah atap sisi masjid. Mereka juga memutuskan aliran listrik dan menyerang melalui ruangan tempat adzan.
• Kemarahan umat Islam di dalam masjid sulit lagi dibendung atas kekejian Yahudi Israel terhadap masjid mereka. Mereka bersama-sama akhirnya kembali membuka pintu masjid menuju keluar untuk melakukan perlawanan terbuka, apapun risikonya.
Persaksian Yusuf Al Baaz, salah satu tokoh pimpinan Harakah Islamiyah Palestina 48 yang turut berada di lokasi kejadian :
- Pintu gerbang Al Maghariba, merupakan pintu utama yang biasa digunakan orang-orang Zionis Israel menyusupkan komunitas Yahudi garis keras ke dalam lokasi Masjid Al Aqsha. Mereka juga kerap memasukkan sejumlah wisatawan Yahudi melalui pintu tersebut. Dan melalui pintu inilah, pada pagi hari ini, mereka masuk dan melakukan serangan paling keji terhadap Masjid Al Aqsha. Boleh jadi, pilihan pintu gerbang Al Maghariba sebagai pintu untuk masuk ke Masjid Al Aqsha, karena pintu gerbang itu berdekatan dengan lokasi Tembok Ratapan yang dikuasai penuh oleh Yahudi orthodox.
- Ketika umat Islam di dalam masjid mengetahui adanya serangan terhadap Masjid, maka merekapun keluar dan sebagian bertelanjang dada untuk menyongsong serangan itu.
- Bentrokan tak hanya terjadi antara polisi dengan pemuda penjaga Masjid Al Aqsha, tapi juga terhadap kaum perempuan lanjut usia yang kebetulan ada di areal masjid, dan juga terhadap tokoh agama Islam Al Aqsha yang memang ada di lokasi.
- Sementara itu, polisi Israel yang datang terus bertambah hingga jumlahnya lebih dari 100 orang. Sebagian mereka menunggu di dekat pintu utama, dan sebagian lain menyerang dengan membawa tameng plastik, tongkat, senjata berisi peluru karet dan gas air mata.
- Serangan ini tak membuat gentar para pemuda yang menjaga masjid. Mereka lalu mengumandangkan takbir dan kalimat laa ilaaha illallah melalui pengeras suara masjid sekaligus meminta bantuan. Tak lama setelah itu, polisi Israel menyerang ruangan azan dan memutus aliran listrik, sehingga pengeras suara tak berfungsi.
- Serangan terus terjadi hingga mendorong para pemuda keluar dari masjid dan melakukan perlawanan terhadap ratusan polisi Israel.
mengutuk penyerbuan Masjidil Aqsa di Yerusalem oleh pasukan keamanan Israel, Minggu kemarin, yang membuat sejumlah jemaah Palestina terluka. Tindakan brutal Israel itu dinilai menghina kesucian masjid.
Bentrokan pecah setelah 150 aparat Israel memasuki halaman masjid, bertepatan dengan Yom Kippur, hari suci Yahudi.
Berbicara kepada kantor berita JNA, Nabil Sharif, menteri urusan media Yordania, mengatakan Amman memandang tindakan Israel itu sebagai "tindakan provokatif".
"Baik hukum internasional maupun konvensi dan resolusi yang relevan menyerukan perlindungan tempat-tempat ibadah dari setiap pelanggaran," kata dia seperti dikutip Al Jazeera, Senin (28/9/2009).
"Kita mengutuk berulangnya penyerbuan masjid oleh kelompok-kelompok ekstremis Yahudi dan pasukan Israel sebagai provokasi yang akan memperburuk ketegangan dan memicu kekerasan lebih lanjut, yang mengancam keamanan dan stabilitas regional."
Kementerian Luar Negeri Yordania memanggil kuasa usaha Israel di Amman untuk memprotes serangan itu, dan menyatakan bahwa hal itu terjadi di tengah upaya terpadu dunia internasional untuk memulai kembali perundingan damai, guna menemukan solusi konflik Palestina-Israel.
Sementara Saeb Erekat, kepala perunding Palestina, mengatakan tindakan pasukan keamanan Israel merupakan provokasi yang disengaja untuk mendukung pemukim garis keras yang menentang upaya mengakhiri konflik Palestina-Israel.
Dia mencatat bahwa kerusuhan selama Yom Kippur telah menjadi peristiwa tahunan. Erekat membandingkan bentrokan hari Minggu 27 September itu dengan kekerasan yang mengikuti perjalanan ke tempat tersebut pada tahun 2000 oleh mantan PM Israel Ariel Sharon.
"Kami sudah melihat ini sebelumnya, dan kita tahu apa konsekuensinya," Erekat menegaskan.
Yayasan Al-Aqsa telah memperingatkan beberapa hari sebelumnya bahwa Pemerintah Israel berencana untuk mengizinkan pemukim garis keras masuk ke area itu. Pejabat di Yerusalem Timur meramalkan bahwa masuknya mereka akan terjadi pada hari Minggu dengan dalih memperingati Yom Kippur.
Banyak warga Palestina yang menderita luka serius di mata dan cedera kepala. Sembilan orang Palestina juga ditahan setelah baku hantam, kata sumber Israel.
Bentrokan juga meletus di dekat Gerbang Majlis, salah satu pintu masuk utama ke masjid, setelah polisi mencegah jemaah memasuki area tersebut. Sejumlah bentrokan susulan terjadi pada salat zuhur di dekat Gerbang Singa yang juga merupakan pintu masuk ke Al-Aqsa.
Tahun lalu, insiden serupa pada hari libur Yom Kippur mengakibatkan kerusakan puluhan mobil dan toko.
Israel merebut Kota Tua Yerusalem pada tahun 1967 Perang Enam Hari dan kemudian mencaploknya bersama dengan seluruh sebagian besar Yerusalem Timur dalam langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional.
Banyak warga Palestina yang menderita luka serius di mata dan cedera kepala. Sembilan orang Palestina juga ditahan setelah baku hantam, kata sumber Israel.
Bentrokan juga meletus di dekat Gerbang Majlis, salah satu pintu masuk utama ke masjid, setelah polisi mencegah jemaah memasuki area tersebut. Sejumlah bentrokan susulan terjadi pada salat zuhur di dekat Gerbang Singa yang juga merupakan pintu masuk ke Al-Aqsa.
Tahun lalu, insiden serupa pada hari libur Yom Kippur mengakibatkan kerusakan puluhan mobil dan toko.
Israel merebut Kota Tua Yerusalem pada tahun 1967 Perang Enam Hari dan kemudian mencaploknya bersama dengan seluruh sebagian besar Yerusalem Timur dalam langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional
Menurut legislator Hathem Abdel Kader dan sumber-sumber Palestina lainnya, bentrokan meletus pada awal pagi ketika warga Palestina di dalam kompleks yang suci bagi Islam dan Yudaisme melihat 15 orang Yahudi berusaha masuk dan membuat kericuhan.
Orang-orang Yahudi tidak berhasil masuk ke kompleks yang dijaga oleh rakyat Palestina. Polisi Israel lalu melakukan tembakan gas air mata dan melemparkan granat listrik.
Bentrokan terjadi beberapa jam sebelum dimulainya Yom Kippur yang merupakan hari suci dalam kalender Yahudi. Polisi waspada untuk aksi protes dengan kekerasan di beberapa titik utama tempat orang Yahudi dan Arab hidup berdampingan.
Pengunjuk rasa melemparkan batu, kursi dan apa pun yang mereka bisa mereka raih ketika polisi anti huru-hara bergegas ke tempat kejadian. Video menunjukkan mereka berusaha untuk mengusir polisi jauh dari pintu masuk Masjid Al-Aqsa.
Polisi mengatakan 17 petugas terluka dan 11 demonstran ditangkap, dan tenaga medis mengatakan 13 orang Palestina yang dirawat karena luka-luka. Tidak ada laporan cedera serius atau kematian.
Polisi Israel mengatakan kericuhan dimulai ketika Palestina berang oleh wisatawan yang berpakaian tidak pantas mulai bertindak keras.
Namun pihak Palestina menyangkal pernyataan itu, dengan mengatakan tidak ada turis yang terlibat. Tidak ada komentar lebih lanjut dari pemerintah Israel.
"Memberikan pengawalan polisi untuk pemukim adalah menentang perdamaian dengan alasan apapun, dan kehadirannya itu secara sengaja dirancang untuk memicu reaksi, bukan tindakan seseorang yang berkomitmen untuk perdamaian, tapi dari seseorang yang akan melakukan apa saja untuk menghindari semua harapan perdamaian, "kata Erakat.
Dia mengatakan keributan itu "sengaja dibuat bertepatan dengan peringatan kedatangan" pemerintah Ariel Sharon sembilan tahun lalu "yang diperkuat dengan kemampuannya untuk menangkis permintaan untuk penghentian pemukiman".
Saksi mata Palestina mengatakan ketegangan dimulai ketika puluhan orang-orang fanatik agama Yahudi, menyamar sebagai turis, diam-diam memasuki Aqsa melalui gerbang barat, yang dikenal sebagai Bab el-Majles.
Di bawah perlindungan polisi, para penyusup segera dimulai, melakukan ritual Talmud dan membuat slogan-slogan yang menyerukan penghancuran kuil suci Islam.
Penjaga Muslim serta merta mengusir Yahudi ekstrimis itu keluar.
"Polisi mengejar umat yang ada di dalam Masjid Aqsa, tempat para tentara menembaki tempat suci itu, menyebabkan banyak orang jatuh lemas akibat menghirup gas," kata Atta.
"Saya melihat polisi mengeroyok para pemuda, memukuli mereka tanpa ampun. Polisi tidak menjaga hukum dan ketertiban. Mereka hanya ingin membalas dan menghukum kita demi pemukim fanatik yang menjijikan."
Dr Syeikh Ikrma Sabri, imam dari Masjid Aqsa mengatakan bahwa itu adalah kewajiban seluruh umat Islam untuk menjaga dan melindungi tempat suci tersebut.
Pejabat Muslim di Al-Quds (Yerusalem Timur yang diduduki) sebelumnya menyerukan umat Islam di seluruh kota untuk pergi ke Al-Haram Al-Sharif untuk melindunginya dari Yahudi fanatik yang berusaha untuk mendesak masuk.
"Kami terus mendesak umat Islam di sini untuk mempertahankan Masjid Aqsa yang permanen dan tidak terganggu,", katanya kepada IOL.
Ratusan penduduk Yerusalem dan kaum Muslimin lainnya dari seluruh Jalur Hijau (Israel) tiba di Masjid untuk menahan orang-orang fanatik.
Konfrontasi itu pecah di dekat Bab el-Majles ketika polisi Israel melarang ratusan umat Islam, termasuk pemimpin gerakan Islam, dari memasuki kompleks Haram.
Banyak yang ditahan dan dibawa ke kepolisian terdekat.
Polisi juga menyerang Abdul Azim Salhab, Kepala Dewan Tertinggi Islam, ketika ia sedang berusaha untuk memasuki Al-Haram al-Sharif melalui Gerbang utara, yang dikenal sebagai Bab el Asbat.
Mereka juga mencegah sejumlah tokoh agama Islam dan tokoh-tokoh masyarakat dari Aqsa memasuki pelataran, termasuk Dr Syeikh Sabri.
Hatem Abdul Qader, seorang anggota Dewan Legislatif Palestina, juga dilarang memasuki Haram.
"Pelestarian Masjid Aqsa bukanlah tanggung jawab umat Islam di Palestina, karena tempat suci itu milik seluruh umat Muslim dunia," desak Syaikh Sabri.
"Karena itu adalah tanggung jawab seluruh umat Islam untuk melindungi dan menjaga tempat suci ini dari plot dan desain kejahatan Zionis," Syeikh Sabri kepada IOL.
Al-Aqsa adalah pertama kiblat Muslim dan merupakan bangunan paling suci ketiga setelah Al Ka`bah di Mekkah dan Masjid Nabi Muhammad di Madinah, Arab Saudi.
Maknanya telah diperkuat oleh kejadian Al Isra'a dan Al Mi'raj, perjalanan malam dari Mekkah ke Al-Quds dan pendakian ke Surga oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam tradisi Islam, Nabi Muhammad SAW naik ke surga dari batu di tengah apa yang sekarang menjadi masjid Kubah Batu. Sementara Yahudi percaya kubah berlapis emas itu berada di atas tempat di mana Abraham hendak mengorbankan anaknya Ishak kepada Tuhan sebelum seorang malaikat menggengam tangannya.
Dewan Tinggi Muslim Al-Quds sebelumnya mengeluarkan seruan pada umat Islam di seluruh dunia mendesak mereka untuk berjuang dalam menghadapi konspirasi kriminal Israel terhadap Masjid Aqsa.
Pemimpin agama Israel, termasuk anggota Knesset, tidak merahasiakan bahwa mereka membuat skema terhadap Al-Aqsa.
The Temple Mount Faithful, sebuah kelompok fanatik ekstremis, mendedikasikan untuk pembongkaran Masjid Aqsa dan Kubah Batu, atau masjid Qubbat As-Sakhrah.
Temple Mount Institute, kelompok masyarakat ekstremis Yahudi lain, telah menyiapkan rencana rinci untuk membangun kembali apa yang disebut Bait Salomo di puing-puing Al-Aqsa.
Skema itu memiliki prototipe besar dari kuil, pakaian khusus bagi para rabbi, tempat khusus untuk kurban persembahan, piala dupa, mangkuk tembaga untuk makanan persembahan, perak untuk persembahan anggur dan alat-alat persembahan lainnya.
Sebenarnya, pengunjung Yahudi perlu izin untuk mengunjungi bagian dari situs tersebut. Selama sholat berjamaah umat Muslim, Israel juga membatasi akses oleh orang-orang Muslim Palestina di bawah 50.
Situs tersebut dijajah Israel dalam perang Timur Tengah 1967 dan dianeksasi dengan sisa Yerusalem Timur, sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.
Sumber:
http://www.atlastours.net/
http://www.suaramedia.com
http://www.detiknews.com
Leave a respond
Posting Komentar