Banyak dari kita berikrar untuk saling setia, bahkan tak jarang terucap janji setia sehidup semati. Hehe...namanya juga sedang kasmaran. Saling mengumbar janji selalu menjadi ucapan sehari-hari. Rindu menggebu untuk bertemu, terbayang selalu.
Tidak ada yang salah dengan semuanya itu, justru itulah bumbu kehidupan. Seperti masakan tanpa garam, tak nikmatlah itu masakan.
Kembali lagi mengulas kesetiaan, berapa lama kita bisa setia bertahan terhadap pasangan? ada tetangga yang bilang paling cuma bertahan tiga tahun saja? selebihnya ya itu komitmen masing-masing. Lah wong belum nikah, sekedar saling mengenal, sekedar sahabat, sekedar teman dekat, sekedar pacaran, atau apapun itulah sebutannya, ikrar kesetiaan diucapkan ya...saat terjadi akad nikah.
Tapi, bukan berarti sebelum akad terucap kita seenaknya memainkan perasaan seseorang. Dalam proses pengenalan, semua ada etikanya, kalau sudah tidak suka, ya bilang baik-baik, kalau tidak cocok jangan sampai cekcok, apalagi sampai selingkuh, tentu tidak baik. Dalam memilih calon pasangan, kita menginginkan yang terbaik. Menjalin rumah tangga bukan hanya untuk di jalani sehari-dua hari loh, bukan hanya sebulan atau dua bulan, tapi ya selama kita hidup. Menjalin rumah tangga juga bukan hanya pertalian dua individu, tapi pertalian dua keluarga. Pertimbangan matang memilih pasangan sangatlah berperan.
Saya jadi teringat teman yang pernah dekat dengan saya, dia sering mengungkapkan kalau mencari jodoh mah, jangan terlalu pilih-pilih. Pipilih meunang nu leuwih, koceplak meunang nu pecak, begitu katanya. Tanpa disadari, dia sendiri yang beberapa kali "dalam tanda petik". Hehe.... Tapi dari sini kita belajar, ada benarnya juga memang saat kita terlalu memilah-milah pasangan, kita terjebak dengan yang sempurna dalam segala hal. Padahal, dalam hidup ini tidak ada yang sempurna. Tampan atau cantik juga relatif, tapi ya itu lagi-lagi pilihan hidup. Karena kita hanya merencanakan, selebihnya ada di atas sana yang menentukan. Saya bersyukur, teman yang pernah dekat dengan saya itu sudah mempunyai pasangan yang menurutnya tepat. Selamat ya, sudah punya pilihan, setialah dengan pilihanmu itu teman, tak enteni undangan pernikahan kalian.
Menjaga kesetiaan tidaklah mudah, harus siap menerima segala kekurangan satu sama lain, tak juga segan saling mengingatkan jika ada kesalahan. Menjaga kesetiaan ya hanya untuk yang sama-sama bisa di ajak setia, yang bisa menjaga komitmen satu sama lain untuk bisa di ajak mendayung sampan ke tepian, kalau kata banyak orang susah senang sasarengan. Kalau sudah menjaga kesetiaan, tapi di tinggalkan, ya berpikir positif saja, mungkin itu yang terbaik. Meskipun harus nyesek beberapa waktu. Cobalah membuka hati, tak ada salahnya untuk mencoba menjadi orang yang setia. Tapi, kalau untuk laki-laki, jangan cuma modal setia saja ya....
[Lepas malam, 30/9/2013]
Leave a respond
Posting Komentar