Perjalanan hidup yang kita jalani, terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita sudah berusaha mati-matian dengan sejuta rencana, namun apa dikata, kenyataan tak sejalan.
Bahkan, kita sering terjebak dengan kenyataan itu. Kita gagal mencapai puncak impian yang selama ini kita impikan.
Lantas, dengan kegagalan yang kita alami apakah kita hanya berpangku tangan saja. Tentu, hal ini salah. Seharusnya kita kembali merenungkan, kenapa kita gagal? Kenapa kita belum berhasil mencapai titik garis terdepan.
Sulit memang, menghadapi kenyataan. Mulut memang bisa menerima, tapi hati menolak menerimanya.
Jika kita berpikir jernih, kegagalan bukanlah akhir segalanya. Justru, kita harus belajar dari kegagalan. Bisa saja, kita salah merencanakan hidup, bisa saja kita tak pernah bersyukur dengan nikmat yang ada. Kita terlalu menggebu-gebu mengejar impian, tetapi kita melupakan siapa pengabul impian kita. Kita terbuai dengan angan-angan, sementara Tuhan kita abaikan. Bisa juga, kita sedang apes atau sial. Semua kemungkinan-kemungkinan itu, mungkin ada benarnya. Tergantung dari diri kita sendiri untuk menelaahnya. Lihatlah besi yang ditempa, dibakar, ditempa dan dibakar lagi akan menjadi sesuatu yang berguna menjadi pisau, pedang, bahkan cangkul sekalipun? Semakin hidup ini ditempa, semakin hidup ini dihadapkan dengan ujian dan cobaan, dengan itu kita akan menjadi kuat. Disinilah kita sering melupakan tangan-tangan Tuhan yang menggerakan kita.
Yakinlah, di belakang kegagalan dan masa-masa sulit dalam kehidupan, tangan Tuhan masih ada. Tuhan maha pengabul do'a, Tuhan Maha Mengetahiu segala ungkapan kata yang terbesit dari hati hamba-Nya.
Percayalah, Gusti Allah tak pernah terpejam, Dia tidak buta dan tuli. Tetaplah berusaha meskipun belum tentu hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan, karena Tuhanlah yang berkuasa.
Jangan putus asa, harapan itu masih ada.
Pamulang menjelang Subuh, 17 Juni 2012
Sent from my BlackBerry® Sangkan Paraning Dumadi
Leave a respond
Posting Komentar