Banjarsari, Ciamis |
Oleh: Mustafid
Bagi warga Banjarsari Ciamis, Purnama Theatre pada tahun 90-an menjadi sebuah tempat hiburan yang paling menarik. Dengan tiket yang sangat ekonomis, penonton bisa menikmati film-film laga, mandarin, maupun flm nostalgia. Letak strategis Purnama Theatre yang berada di pusat kota Nyari (sebutan Banjarsari yang nyaman, asri, dan indah-red) menjadi daya tarik tersendiri bagi bioskop yang konon bangunannya sudah ada sejak zaman Jepang ini. Sangat sedikitnya sumber, sangat menyulitkan untuk menelusuri lebih jauh kapan berdirinya bangunan tua ini. Pada awalnya saya mengira, bioskop ini merupakan asset Pemda Ciamis, akan tetapi setelah menanyakan kepada beberapa tokoh setempat, bioskop ini adalah milik seorang warga keturunan/Chinese yang sudah lama tinggal di Banjarsari ini. Kalau tidak salah nama pemilik bangunan ini adalah Koh Uih yang kini telah meninggal. Tapi, entahlah sekarang banguna tua ini diserahkan kepada siapa.
Perusakan Bioskop dan Penghancuran Gereja
Pada tanggal 1 Desember 1998, terjadi sebuah peristiwa yang mencekam di Banjarsari. Pada malam itu, puluhan, mungkin hampir ratusan orang yang mengatasnamakan ormas Islam dengan dalih bioskop merupakan sarang maksiat, oleh karena itu segala macam bentuk maksiat harus dihancurkan. Selanjutbya dengan bergerombol ormas ini melakukan perusakan terhadap bangunan “ Purnama Theatre”. Perusakan ini berlanjut kepada penghancuran sebuah gereja yang tidak jauh dari pusat kota. Pada waktu itu, saya sempat melihat, bagaimana gereja dilempari dengan batu-batu besar, dan jalan yang ditutup, bahkan polisi pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan perusakan tersebut. Masih terbayang jelas di mata saya, bagaimana terpampang sebuah tulisan “ Gereja Di Bangun Akan Lebih Hancur” yang tertulis di dinding gereja.
Sejak terjadi perusakan malam itulah, Purnama Theatre berhenti beroperasi. Antrian panjang pengunjung pun sudah tidak tampak lagi. Spanduk-spanduk kain jadwal tayang film-film yang merentang di tembok tinggi purnama Theatre pun sudah tidak terpasang. Bebrapa bagian kaca bangunan itu pecah akibat lemparan-lemparan batu.
Setelah Purnama Theatre berhenti beroperasi, bioskop itu pun ditutup. Halama Bioskop itu berubah menjadi tempat berjualan para pedagang kaki lima dan tukang ojek serta tukang becak yang mangkal untuk mencari penumpang.
Kamis 9 April 2009 pagi, ketika saya pulang dari Jakarta, saya langsung terkagetkan ketika turun dari bis umum tepat di depan Purnama Theatre. Bangunan tua itu sudah tidak terlihat lagi, karena di depan bangunan tersebut telah dibangun kios-kios.
Dalam hati, saya berpikir, kenapa bangunan tersebut dibiarkan begitu saja. Padahal, banguna itu mempunyai sejarah yang banyak dikenang oleh masyarakat Banjarsari. Kenapa tidak ada yang berusaha memanfaatkan bangunan tersebut untuk dijadikan pusat kegiatan warga? Kita memang tidak bisa berbuat banyak, karena bangunan itu adalah milik pribadi. Tapi, yang pasti saat ini Purnama Theatre sudah tiada, yang ada hanyalah saat kita melewati bekas bioskop itu, terbesit dalam hati bahwa bioskop itu dulu pernah ada, namun kini telah tiada. Miris sekali…
Ciputat, 19 Agustus 2010
Leave a respond
Posting Komentar