Sumber Galuh Purba.com
Saya selaku warga asli Banjarsari Ciamis merasa bangga dengan karya beliau yang begitu memukau, meskipun saya sendiri tidak mengenal beliau. Namun sosok belaiau yang begitu sangat akrab telah membuat saya terkesan, apalagi beliau telah mengharumkan Banjarsari. Akhirnya selamat jalan Pa Erry RAF ............semoga amal ibadahnya diterima disisi-Nya.
PADA suatu malam, saya diajak Putri, seorang wartawati ANTARA, menengok RAF yang sedang sakit. Saya dan Putri menuju tempat tinggalnya RAF, di Komplek Guruminda, Bandung. Putri adalah salah seorang menantu Pak RAF (Istrinya Erry RAF). Dan rupanya, pada malam itulah untuk terakhir kalinya saya bertemu dengan RAF. Kini, RAF, telah kembali ke pangkuan Illahi. Innalillahi Wa Inna Illaihi Rozi’un. Rahmatulloh Ading Affandi, atau yang lebih dikenal RAF, sastrawan yang telah banyak melahirkan karya besar, kini telah dipanggil Yang Maha Kuasa, tepatnya pada hari Rabu, 6 Februari 2008.
Sebagai pecinta kawih-kawih Mang Koko, tentu saya mengenal RAF, sebagai salahseorang penulis rumpaka kawih-kawih Mang Koko. Kawih karya RAF dan Mang Koko yang sangat saya sukai diantaranya “Hamdan” dan “Peuting jeung Pangharepan”.
RAF lahir di Banjarsari, Ciamis, 2 Oktober tahun 1929, buah pernikahan Bapak Udin Tampura dengan Ibu Ratna Permana. Pendidikan RAF dimulai dari HIS. Setelah itu, pada zaman Jepang, RAF melanjutkan pendidikan Pesantren, tepatnya di Pesantren Miftahul Huda Ciamis. Pada masa revolusi, RAF muda melanjutkan sekolah Pertanian di Tasikmalaya, dan Sekolah Menengah Atas di Bandung. Jenjang pendidikan tingginya di lalui di Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta, sampai tingkat Sarjana Muda. Minat pada kesusastraan, menurut pengakuannya karena pengaruh E. Soewitaatmadja, kakak ibunya yang mengasuh RAF senjak kecil. Pada tahun 1963, RAF diangkat sebagai pegawai Perkebunan Negara IX sampai dengan pensiun dari PTP XII pada tahun 1983.
RAF adalah sastrawan Sunda yang produktif. RAF mengarang ratusan naskah sinetron, operet, novel, dsb. Karya RAF yang sangat terkenal diantaranya Nu Kaul Lagu Kaleon (1989), Bentang Lapang, kumpulan Carpon Dongeng Enteng ti Pasantren (1961), dsb. Ada pula karya berupa Naskah Drama, diantaranya Dakwaan dan Yaomal Qiyamah, yang ditulis pada tahun 1950-an serta telah dipergelarkan puluhan kali. Skenario film yang ditulis RAF di antaranya Si Kabayan, Ratu Ular, dsb. Berbagai penghargaan pernah diterimanya. Naskah serial Inohong di Bojong Rangkong yang ditulisnya tidak kurang dari 110 judul. RAF juga menulis naskah Gending karesmén “Ruhak Padjadjaran” yang pernah dipentaskan di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat pada 17 Juli 2006.
Pada ahun 1961, RAF mendapat anugerah hadiah sastra LBSS untuk buku kumpulan carpon Dongeng Enteng ti Pasantren. Tahun 1990 dianugerahi hadiah sastra paling bergengsi Rancage untuk novelnya yang berjudul Nu Kaul Lagu Kaleon. Berkaitan dengan banyaknya jasa yang dihasilkannya dalam mengembangkan Bahasa dan Sastra Sunda, suami dari Ibu Hj. Ineu Martini ini, pada tahun 1998 dianugerahi lagi hadiah Rancage dalam bidang jasa.
Pada tahun 1951-1954, RAF juga pernah menjadi komentator sepakbola di RRI Jakarta dan Bandung. RAF merupakan tokoh yang besar jasanya dalam mengembangkan pamor Persib. Tahun 1954-1955, RAF menjadi Ketua komisi teknik di Persib. Pemain Persib terkenal yang pernah menjadi asuhannya diantaranya Rukman, Komar, Rukma dan Parhim. Pada tahun 1998, buku Biografi berjudul RAF Urang Banjarsari jadi Inohong di Bojongrangkong, diterbitkan oleh Geger Sunten. Demikian pula perjalanan RAF menunaikan ibadah haji, dibukukan oleh Geger Sunten, judulnya Akina Puri ka Tanah Suci.
Karya-karya RAF, baik yang berbahasa Sunda maupun Indonesia umumnya tidak lepas dari nafas daerah (Sunda) yang islami.
Inohong di Bojong Rangkong yang merupakan sinetron komedi satir, tetap memiliki pulasan islami serta seni Sunda. Konsep seni yang Islami sejak lama sudah digunakan RAF. Pada tahun 1963, RAF merintis kasidah modern yaitu Lingga Binangkit. Sepuluh tahun kemudian Lingga Binangkit mengembangkan diri menjadi grup lainnya yaitu Patria. Ciri lainnya yang melekat yang ditulis RAF yaitu satirnya yang pedas tapi melalui penyampaian yang halus. Malahan jauh sebelum jaman reformasi, RAF yang mantan anggota DPRD Jabar dari Fraksi Karya Pembangunan, dalam kritik-kritiknya selalu membuat merah kuping pemerintah.
Menurut RAF, “Pangarang profesional kudu bisa nulis iraha wae. Teu kudu ngadagoan “mood” mun rék nulis téh. Teu beda jeung wartawan, nulis téh lain lantaran keur daék, tapi hiji kawajiban,” begitu papar RAF ketika beliau masih hidup. Sepanjang hidupnya banyak menghasilkan karya yang melekat di hati masyarakat. Jasa-jasanya sangat besar dalam pengembangan bahasa dan sastra Sunda. Pun, RAF juga banyak berjasa dalam prestasi yang diraih PERSIB Bandung.
Selamat jalan, Pangersa Kang RAF. Semoga mendapat tempat yang mulia di sisi Alloh SWT, Amiiin.*** (DHIPA GALUH PURBA/ didukung oleh berbagai sumber)
Yang turut mengantar dengan ketulusan do’a:
DADAN SUTISNA – AHMAD GIBSON AL-BUSTOMI – NETTY MARTIN - AGUS BEBENG HADYANA - MIFTAHUL MALIK - LUGIENA DE - LIA REFANI - MARUTA BAYU - DONI MUHAMAD NUR - PANDU RADEA - GUN-GUN MULYAWAN NAWARI - ATEP KURNIA - AGUNG JULIANTO - TS. ASIKIN - ERWAN JUHARA
KANCA MITRA KAMPUNG SENI MANGLAYANG – SANGGAR SENI DAMAR BUMI CITRALOKA – KOMUNITAS SASTRA CITRALOKA – YAYASAN JENDELA SENI BANDUNG – PAGUYUBAN PANGLAWUNGAN SASTRA SUNDA
Leave a respond
Posting Komentar