1. MANUSIA, DI AWAL PENCIPTAAN

Menelusuri sejarah penciptaan manusia pada awal mulanya tentulah hal yang mustahil diketahui oleh masyarakat yang telah berada pada generasi kemudian dalam jarak yang berselisih ribuan tahun seperti pada masa kita saat ini. Tak ada satupun ditemukan adanya catatan sejarah yang merekam pengakuan manusia pertama tentang ihwalnya ketika pertama kali lahir ke dunia. Kalau pun ada, apakah ia akan menuliskannya sejak ketika pertama kali dalam proses penciptaan, bahkan sejak masih dalam rencana?

Maka Allah SWT, sebagai pencipta tunggal segala makhluk adalah yang seharusnya menjadi acuan dalam perolehan informasi yang tidak saja valid tetapi juga objektif, tidak terdistorsi oleh ego manusia itu sendiri. Dengan Kasih Sayang dan KemahakuasaanNya, Allah SWT telah memberikan kepada manusia sebagai makhluk berakal, yaitu acuan maha sempurna dan teliti yang terkandung dalam Al Qur’an (QS. 21:106) beserta Hadits RasululLah SAW maupun ayat-ayat Allah lainnya yang berupa bekas-bekas peninggalan masa lalu, yang diizinkanNya untuk muncul ke permukaan agar manusia bertafakur (QS. 24:34).

Berikut ini adalah beberapa Kalam Suci Allah SWT dalam Al Qur’an mengenai hal ihwal manusia di awal penciptaannya

Allah-lah yang lebih mengetahui penciptaan manusia terdahulu dan yang akan datang - QS. 15:24 (Al Hijr),
Wa la qad ‘alimnal mustaqdimiina minkum wa la qad ‘alimnal musta’khiriin.
Dan sesungguhnya Kami mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada kamu dan Kami mengetahui orang-orang yang kemudian.

Penciptaan Manusia Sebagai Sang Khalif di Bumi, Diikuti Pernyataan Keheranan Para Malaikat (reaksi seolah seperti pernah menyaksikan polah tingkah manusia sebelumnya, ungkapan kekhawatiran para malaikat akan datangnya kembali murka Allah pada manusia hingga dibinasakannya) - QS. 02:30 (Al Baqarah),
Wa idz qaala Rabbuka lil malaa-ikati innii jaa’ilun fil ardi khaliifatan qaaluu a taj’alu fiihaa may yufsidu fiihaa wa yasfikud dimaa-a wa nahnu nusabbihu bi hamdika wa nuqaddisu laka qaala innii a’lamu maa laa ta’lamuun.
Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

Adanya umat lain selain Nabi Adam a.s. - QS. 3:33 (Aali ‘Imraan),
InnalLaahash thafaa aadama wa nuuhaw wa aala ibraahiima wa aala ‘imraana ‘alal ‘aalamiim.
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran, melebihi segala umat.

Bagaimana penciptaan orang-orang terdahulu? - QS. 04:01 (An-Nisaa’),
Yaa ayyuhan naasut taquu Rabbakumul ladzii khalaqakum min nafsiw waahidatiw wa khalaqa minha zaujahaa wa batstsa minhumaa rijaalan katsiiraw wa nisaa-awwat taqulLaahal ladzii tasaa-aluuna bihii wal arhaama innalLaaha kaana ‘alaikum raqiibaa.
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari satu diri dan daripadanya Allah menciptakan pasangan (suami)-nya, dan berkembang dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu saling meminta (dengan menyebut nama)-Nya, dan peliharalah keluarga. Sesungguhnya Allah adalah sangat memperhatikanmu.

Sudah adakah orang-orang terdahulu? - QS. 56:10 (Al Waaqi’ah),
Was saabiquunas saabiquun.
Dan orang-orang terdahulu dari yang dahulu.

Kemanakah orang-orang terdahulu itu? - QS. 54:49 (Al Qamar),
Innaa kulla syai-in khalaqnaahu bi qadar.
Sesungguhnya Kami menciptakan tiap-tiap sesuatu dengan kadar.

QS. 54:50 (Al Qamar),
Wa maa amrunaa illaa waahidatun kalamhim bil bashar.
Dan tiadalah urusan Kami kecuali satu kalimat seperti sekejap mata.

QS. 54:51 (Al Qamar),
Wa la qad ahlaknaa asy-yaa’akum fa hal mim muddakir.
Dan sungguh telah Kami binasakan orang-orang yang serupa dengan kamu, maka apakah orang mau mengambil pelajaran?

QS. 20:128 (Thaahaa),
A fa lam yahdi lahum kam ahlaknaa qablahum minal quruuni yamsyuuna fii masaakinihim inna fii dzaalika la aayaatil li ulin nuhaa.
Maka apakah tidak menjadi petunjuk bagi mereka, berapa banyak umat yang Kami binasakan sebelum mereka, mereka berjalan pada (bekas) tempat tinggal umat itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah sebagai tanda bagi orang yang mempunyai akal.

Allah menetapkan kehancuran umat dahulu dan terdahulu yang (walaupun) telah memiliki Peradaban Tinggi, Lebih Banyak dan Kuat.
QS. 50:36 (Qaaf),
Wa kam ahlaknaa qablahum min qarnin hum asyaddu minhum bathsyan fa naqqabuu fil bilaadi hal mim mahiish.
Dan berapa banyak umat telah Kami binasakan sebelum mereka? Mereka lebih besar kekuatannya maka mereka telah menjelajahi negri-negri. Adakah tempat lari?

QS. 40:82 (Al Mu’min),
A fa lam yasiiruu fil ardhi fa yanzhuruu kaifa kaana ‘aaqibatul ladziina min qablihim kaanuu aktsara minhum wa asyadda quwwataw wa aatsaaran fil ardi fa maa aghnaa ‘anhum maa kaanuu yaksibuun.
Maka apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu mereka perhatikan bagaimana akibat orang-orang yang sebelum mereka? Adakah mereka (umat terdahulu) lebih banyak dan lebih kuat dan bekas-bekasnya di bumi dari mereka? Maka tidak bergunalah bagi mereka apa-apa yang telah mereka usahakan.

Leave a respond

Posting Komentar