Belajar Dari Pemulung

Bagi mereka, botol plastik, kardus-kardus bekas, dan barang-barang bekas lainnya begitu sangat berharga.

Dengan cekatan, tangan-tangan mungilnya mengais-ngais tempat sampah berharap ada sisa-sisa barang bekas yang bisa ia kumpulkan untuk dijual.

Kebetulan, siang tadi, saya mengendarai sepeda motor melalui jalan Cireundeu-Lebak Bulus. Tepat samping Aneka Buana (AB) Cireundeu, saya melihat dua sosok anak kecil sedang mengumpulkan botol plastik bekas di tempat sampah. Rasa penasaran pun muncul, kenapa mereka berani melakukan pekerjaan yang menurut saya sangat mengagumkan. Seharusnya, seusia mereka sedang asyiknya bermain atau belajar saja, tak usah panas-panasan begitu.

Saat saya hampiri, mereka seperti agak takut. Ternyata, mereka takut dimarahi. Saya pun menyapa mereka, dan mereka ternyata mereka mengaku rutin setiap hari melakukan pekerjaan itu.

Emang kalian ga sekolah?, tanya saya kepeda mereka.

"Dia om yang sekolah, " jawab salah satu anak kecil itu menunjuk ke arah temannya.

Jadi, dari dua orang anak kecil itu, yang lebih besar tidak sekolah sementara yang agak kecil sekolah.

Sayang, saya tak sempat menanyakan nama mereka para pejuang-pejuang kecil itu. Karena, mereka buru-buru. Saya pun hanya sekedar berbagi sedikit untuk membeli es saat mereka haus kepada mereka, (maklum, saya juga saat ini sedang berada dalam masa-masa sulit)

Hmmm...setidaknya hari ini saya termotivasi untuk lebih semangat dalam menjalankan hidup ini setelah melihat mereka. Menjadi pemulung juga mulia, apapun pekerjaan yang saat ini kita jalankan harus dijalani dan disyukuri.

Terimakasih, Gusti Kang Moho Mulyo, kau telah mempertemukanku dengan anak-anak kecil itu, semoga bisa dipertemukan kembali dengan mereka.

Ciputat Menjelang Pagi, 21 Juni 2012
Sent from my BlackBerry® Sangkan Paraning Dumadi

Leave a respond

Posting Komentar